Rabu, 02 Februari 2011

Cerita Sekilas tentang Hasan Tiro

waktu itu (DI /TII naik gunung) ditugaskan oleh Teungku Daud Beureuh untuk membeli senjata (kabarnya ke Amerika). Hasan Tiro berangkat. Namun Sukarno berhasil “mengakali” (membujuk) Daud Beureuh untuk meletakkan senjata.
Tinggallah Hasan Tiro di Amerika. Karena dia menganggap DI /TII sudah “tamat” perlawanannya, tidak ada gunanya membeli senjata. Lalu uang senjata itu dipakai dagang oleh Hasan Tiro. Waktu itu, dia termasuk salah satu orang kaya di Amerika. Kemudian menurut dia, Amerika bukan tempat yang tepat, maka dia berpindah-pindah, dan terakhir “mendarat” di Swedia. Di negara ini dia berhasil membangun bisnisnya. Di Swedia, Hasan Tiro menjadi warga terhormat di sana. Makanya ketika Indonesia koar-koar agar Hasan Tiro diektradisi, Swedia tidak mau. Wong Hasan Tiro termasuk salah satu penyumbang pajak terbesar di sana. Kini kabarnya bisnisnya dijalankan oleh mantunya yang dokter itu.
Suatu saat, dia pulang ke Indonesia. Ia keliling ke beberapa daerah: Jawa dan Sumatera. Hasan Tiro kecewa dengan sikap pemerintah Indonesia yang maunya mengeruk kekayaan Aceh tetapi tidak ada perbaikan nasib warga Aceh. Jalan-jalan di biarkan rusak, sistem transportasi amburadul tidak karuan. Nasib Aceh tidak beda dengan Papua: Kekayaannya dikeruk, rakyat dibiarkan miskin. Hasan Tiro semakin masgul ketika keinginannya (minta) menjadi salah satu direktur pengelolaan LNG Aceh ditolak oleh Bu Tien (Suharto).
Sakit hati ini membuat dia melakukan provokasi terhadap anggota DI /TII yang masih hidup untuk “naik gunung” lagi. Inilah yang kemudian menjadi cikap bakal GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
Pernah suatu saat Hasan Tiro mengirim senjata satu kapal. Ia kontak seseorang yang ia percaya. Ternyata orang ini sudah “nyebrang” ke Suharto. Senjata satu kapal itu kemudian diamankan oleh pasukannya Suharto. Andai senjata itu lolos, bisa jadi Aceh lebih marak lagi oleh perlawanan GAM.

0 komentar:

Template x-template.blogspot.com